About Us

Foto saya
Hello, we are daichan fans. And my name is Da-chan :)This Is About Daiki Arioka : * Name: 有岡大貴, Arioka Daiki * Nicknames: Arii, Dai-chan * Profession: Singer, actor * Birthdate: April 15, 1991 * Birthplace: Chiba Prefecture * Blood Type: A * Height: 163.5 cm * Weight: 48 kg * Agency: Johnny's Jimusho * Admired senpai: Katori Shingo * Former groups: J.J. Express, Hey! Say! 7, Hey! Say! JUMP * Fav. Food: Omelette * Disliked Food: Tomato, Mayonnaise * Fav. Sport: Soccer * Fav. Subject: English * Disliked Subject: Mathematics * First Love: Primary School Year 1 Belonged to JUNES Project before he entered Johnny's Entertainment.

:):):)

:):):)
If You Lucky, You Will See Some Word From Us :)

What Do You Think About DAICHAN?

Minggu, 27 Maret 2011

Daichan Fanfic - The Wasted Messenger God - Part 5 (Indonesia sub) (ENDING)

its the same pic. on the part 2

“Wah, ternyata kau kasar sekali ya!”, Cinnen pergi meninggalkan hikaru. “Hn… padahal kata kakakku, kau adalah orang yang baik”, kata Cinnen sebelum meninggalkan hikaru.
Hikaru tersentak kaget mendengar kata-kata terakhir Cinnen. Ia, menengok kearah Cinnen berada tadi, tapi ia tidak bisa melihat sosoknya lagi. Ia pun segera mencari sosok Chinnen, dan dengan cepat ia menemukan Chinnen di ruang tengah.
“Hei, tadi kau berkata apa?”, Hikaru mendekati Chinnen.
“Kau ingat seorang gadis bernama Aiko yang mencari Ibunya demi adiknya?”, Tanya Chinnen.
Hikaru terlihat menerawang, mengingat-ingat sesuatu. Tak lama kemudian Hikaru mengangguk. “Dia kakakmu?”
Kali ini Chinnen yang mengangguk, beberapa detik kemudian ia tertawa renyah. “Ya ampun, kenapa tampangmu jadi serius begitu?”, ejek Chinnen. “Ya sudahlah, lagipula sebentar lagi aku bisa bertemu dengan kakakku”, ia berhenti sejenak, “Setelah kalian mengambil nyawaku”, tambahnya dengan senyum lebar.
“Kau benar. Kau akan segera bertemu kakakmu”, canda Hikaru.
“Aish… pada kemana sih orang-orang?!!”, ujar Daiki kesal.
Saat itu Daiki melihat kedatangan Hikaru dengan Chinnen. “Wah, wah, kau sudah mulai akrab dengan manusia itu rupanya”, kata daiki pada hikaru.
Hikaru dan Chinnen tidak memperdulikan Daiki yang dari tadi terus mengoceh tentang mereka. Hikaru membuka bungkusan yang dibelinya bersama Chinnen tadi, di meja.
“Hm… kelihatannya kue ini enak. Bukan begitu Chinnen?”, kata Hikaru sembari melihat kue yang dibelinya itu. Daiki melirik, bungkusan kue itu.
“Yup. Benar-benar menggiurkan”, tambah Chinnen yang bermaksud menggoda Daiki.
“Aish… kalian ini benar-benar menyebalkan”, Daiki makin kesal.
“Ya ampun, kami kan hanya bercanda”, kata Hikaru. “Ayo kita makan sama-sama”, tambah Chinnen.
Dari hari ke hari hubungan mereka pun semakin baik. Kelihatannya mereka semua makin akrab satu sama lain, hingga mereka seakan lupa akan tujuan awal mereka. Tetapi mereka tak peduli, walaupun sebenarnya mereka ingat akan tujuan mereka untuk kembali ke ‘langit’ membutuhkan nyawa manusia yang sedang berbincang-bincang dengan mereka saat ini.
Mereka mulai bisa menikmati kehidupan mereka sebagai ‘yang terbuang’.
õõõ
Di dalam ruang tengah itu, terlihat kegembiraan akan penguhuninya yang telah lama tak terlihat di rumah itu. ‘Mereka’ yang biasanya tidak begitu akrab dengan manusia, kali ini bisa tertawa bersama.
Semuanya terlihat bersenang-senang dengan manusia itu. “Yuto, aku ingin bicara padamu”, sapa yamada yang baru datang.
Yuto yang mendengarnya langsung menghampiri yamada, menuju ke ruang lain.
“Hari ini manusia itu akan mati kan?”, tanyanya
Yuto hanya mendecak kesal, mendengar pertanyaan itu. Sepertinya ia tidak berminat sama sekali.
“Bukankah kau terlalu akrab dengan manusia itu”, ia berhenti bicara, “aku hanya mengingatkan, jangan lupa kau akan mengambil nyawanya hari ini”
Kali ini yuto menaggapi dengan candaan, “Wah, kau terlalu serius dalam pekerjaan. Santai sajalah”, katanya sembari menepuk-nepuk pundak yamada.
“Lebih baik serius, dari pada terus hidup santai sepertimu”, balas yamada.
“Hn… anak kecil”, kata yuto sembari pergi meninggalkan yamada.
Yamada hanya dapat mendengus kesal mendengar perkataan Yuto.
õõõ
Yuto menemani Chinnen membeli es krim, “Hei, bukankah seharusnya kau mengambil nyawaku hari ini?”, Tanya Chinnen. “Aku sudah puas, karena kalian semua sudah mau menjadi temanku”, tambahnya.
“Hn… aku malas ah!”, kata Yuto santai. “Sepertinya berteman denganmu itu menyenangkan”, ia berjalan mendahului Chinnen.
“Apa itu tidak apa-apa? Apa tidak apa-apa kau membatalkan janjimu?”, Tanya Chinnen lagi.
Yuto tidak menjawab pertanyaan Chinnen, “Tentu saja itu apa-apa”, kata seseorang yang tepat berdiri di belakang Chinnen. Yuto mengenal suara itu, dan langsung membalikkan badannya melihat ke sumber suara itu.
Orang itu dengan cepat langsung mengambil nyawa Chinnen, dan dalam sekejap Chinnen terjatuh tak bernyawa.
“Yamada!”, kata Yuto kaget. Tetapi selang beberapa detik raut wajah Yuto kembali santai.
“Wah, kau mengambil nyawa anak itu, padahal baru saja aku menyukai anak itu”, ujar Yuto malas.
“Bodoh! Kalau kau tidak mengambil nyawanya,kau harus mengumpulkan nyawa manusia dari awal lagi!!!”, balas yamada keras.
“Hn… tapi sayangnya aku tidak peduli dengan itu”, ia melengos pergi.
“Bagaimana bisa? Dulu dirimu mendapar kedudukan yang baik di langit. Apakah kau tidak mau untuk kembali ke kedudukanmu yang semula?”, Yamada meneriaki Yuto.
Yuto menengok ke arahnya, “Kau yang bodoh!”. Ia kembali melanjutkan jalannya seraya berbicara, “Sejak aku melakukan kesalahan dan di usir dari langit, aku sudah tahu bahwa aku tidak akan bisa menempati posisiku seperti dulu”.
Yuto merentangkan kedua tangannya dan melipatnya di belakang kepala, “Kau tahu?”, ia berhenti berjalan dan kembali menengok pada Yamada. “Karena aku dan kau telah dibuang dari langit. DIBUANG”, tambahnya dengan penekanan pada kata terakhirnya.
õõõ
Yamada dan Yuto kembali ke rumah mereka tanpa berbicara sepatah kata pun. Sesampainya di sana mereka sudah disambut oleh Yabu.
“Yabu-san ajari Yamada sesuatu! Kurasa dia belum mengerti tentang kita, ‘the wasted Messenger God’ ”, katanya seraya pergi meninggalkan Yamada dan Yabu.
Yabu tersenyum datar, “Yamada ke ruanganku, sekarang!”, pintanya
_______________________________________________________________________
“Kau terlalu terobsesi untuk kembali ke langit!”, Yabu memulai pembicaraan
“Aku hanya ingin mengembalikan posisiku seperti semula”, balas Yamada.
“Yamada, ternyata kau belum mengerti juga ya”, Yabu memandang lekat wajah yamada. Ia kemudian duduk di meja kerjanya.
Yabu mengambil selembar kertas kosong yang ada di mejanya. Ia menggambar sesuatu di atas kertas itu. “lihat ini!”, pintanya pada yamada.
Ia menunjukkan gambar bunga mawar yang sangat cantik, namun terdapat sebuah coretan kecil diatasnya.
“Yabu-san, ada coretan di gambarmu itu”, komentar yamada saat melihat gambar itu.
Yabu mengambil sebuah penghapus karet, “kalau begitu, bisakah kau menolongku untuk menghapus noda itu?”, ujar yabu.
Dengan perasaan yang aneh, Yamada mengambil penghapus karet itu, dan menghapus coretan kecil yang terdapat di dalam gambar itu. Karena letak coretan yang berada di atas gambar, saat menghapus coretan tersebut, gambar bunga mawar itu menjadi terhapus sebagian.
“Wah, yamada! Lihat nodanya, belum benar-benar bersih, dan coba kau lihat”, yabu menunjuk pada gambar yang telah terhapus sebagian itu. “Bunga mawar yang aku gambar jadi ikut terhapus”.
Yamada meletakkan penghapus yang dipegangnya, kelihatannya ia menyadari sesuatu. Raut wajahnya berubah seketika. Ia menggigit bibir bagian bawahnya dan mengepalkan tangannya erat-erat.
“Sekarang mengerti kan?”, kata Yabu dengan ekspresi yang serius.
“Gambar sebagus apapun, jika kau melakukan kesalahan sedikit saja pada gambar tersebut seperti tidak sengaja mencoretnya, maka tidak akan menjadi bagus lagi”, jelas Yabu. “Jika kau mau berusaha mengembalikan kondisi gambar itu seperti semula-saat sebelum tercoret- pasti kau akan menghapus noda itu kan?”.
Yamada tidak berkutik sama sekali, ia terpaku, menyadari kebodohannya selama ini.
“Saat kau menghapus noda itu… tentunya sangat sulit untuk benar-benar menghapus noda itu, pasti kertas yang tadinya putih bersih itu akan meninggalkan noda bekas hapusan itu walau hanya sedikit, dan pasti kau akan merusak sebagian gambar yang telah kau buat itu”, tambah Yabu.
Yamada tertunduk. “Ya aku mengerti! Sejauh apapun aku mencoba untuk mengembalikan derajatku untuk kembali ke langit, aku yang sudah ternoda, yang telah melakukan satu kesalahan kecil ini tidak akan bisa menjadi sama seperti dulu”, Yamada keluar ruangan itu.
“Yamada… nikmatilah hidupmu sebagai ‘yang terbuang’ ”, ujar yabu sebelum yamada keluar ruangan itu, dibarengi dengan senyum.
Yabu terduduk di kursinya, “Itulah sebabnya aku memilih pekerjaan ini, setelah aku berhasil mengumpulkan 1000 nyawa”, ia bersuara lemah. “Karena aku tahu, aku tidak akan mendapat perlakuan yang sama lagi, di langit”, tambahnya.
Di balik pintu ruang itu, yamada belum beranjak pergi, ia mendengar kalimat yang dilontarkan yabu tadi. “Yang terbuang, selamanya akan dianggap terbuang”.
Tiba-tiba yuto muncul mendekatinya, ia tersenyum bersahabat, “bungkus coklat yang sudah dibuang tidak akan pernah dipakai untuk membungkus coklat lagi, tapi…” yuto terlihat berpikir. “Ehm… mungkin bisa digunakan untuk hal lain”
Yamada tersenyum mendengar kalimat itu.
THE END
____________________________________________________


Its a sad end, wish you like it :) 

<3 Da-chan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar